Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Surat Khusus untuk dosen dari mahasiswa yang banyak kasus



Dosen dan mahasiswa harus kompak dalam bekerja sama dan mampu bersatu dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik. Dosen merupakan pendidik profesional yang mampu men-transfer pengetahuan kepada mahasiswa-nya. Dosen juga menjadi sosok penting dalam keberlangsungan suatu perkuliahan.  

Hari itu tepatnya ketika saya menjadi mahasiswa baru, berangkat menuju kampus merupakan suatu momen yang sangat eksistensial, mengingat semangat mahasiswa awal yang masih sangat membara. Saking semangatnya saya sering lupa sarapan demi untuk tepat waktu masuk dalam perkuliahan. 

Sesampainya di kampus terlihat beberapa kawan kawan yang terlihat kusut, tak jarang dari mereka yang tidak mandi demi untuk tepat waktu mengikuti perkuliahan. Pagi itu pula kami disibukkan dengan obrolan-obrolan, mulai dari perkuliahan hingga pengalaman. Beberapa waktu kemudian ada kabar yang mengejutkan bahwa, seorang yang akan memberikan kami pengetahuan secara mendadak mengabarkan bahwa dirinya tidak bisa masuk, sontak kabar itu sangat mengecewakan kami, tentunya untuk mahasiswa yang tempat tinggalnya jauh dari lokasi perkuliahan. 

Pada saat itu juga saya ingin angkat bicara, meminta kepedulian dosen tersebut terhadap mahasiswa yang sudah jauh-jauh menempuh perkuliahan. Namun kembali saya teringat kata kata yang sering diucapkan mahasiswa tentang dosen. Mereka mengucapkan bahwa dosen memiliki 2 aturan, aturan pertama dosen tidak pernah salah, dan apabila salah maka kembali ke peraturan pertama. 

Pada saat itu juga beberapa dari kawan kawan ada yang memutuskan untuk ngopi di kantin untuk sekedar melepas kekecewaan yang dialami hari ini. Ada diantara Kami yang mengumpat dan mencaci maki, ketidak ikhlasan dan rasa kecewa menyelimuti. Tak sedikit yang berspekulasi bahwa dosen-dosen yang bebal itu telah dimatikan hatinya oleh yang maha Kuasa. Namun kami sadar bahwa yang Kami lakukan itu sama sekali tidak akan merubah situasi. Kami semua mencoba untuk ikhlas dengan apa yang telah terjadi, barangkali fenomena dosen yang tidak masuk kelas sudah ditulis oleh yang maha Kuasa di lauhul mahfudz sebelum semuanya ada.

Saya menyadari bahwa tidak semua dosen melakukan hal yang demikian, ada beberapa dosen yang memang peduli terhadap mahasiswa-nya, namun itu hanya sepersekian persen dari banyaknya dosen-dosen yang ada dalam lingkungan perkuliahan. Saya curiga bahwa dosen yang seperti ini adalah dosen yang langka yang harus sama sama kita rindukan kehadirannya. 

Hal ini tidak terjadi sekali dua kali, melainkan hampir setiap minggu kejadian seperti ini akan terulang kembali, entah itu dengan dosen yang sama ataupun dengan dosen yang berbeda. Tak jarang juga kami satu kelas mengutuk atas perbuatannya yang menyeleweng itu, namun tak sedikit pula dari kami yang hanya diam dan tidak berani mengatakan apa apa, seakan menganggap hal itu menjadi hal yang sudah biasa.

Perlahan saya mengamati fenomena ini dan masih cukup sabar dalam menghadapi. Namun pada suatu ketika tak sengaja saya melihat status whatsapp rekan saya yang mulai membuat dada saya sesak. Isi status nya menyebutkan bahwa dia beberapa kali ditanya orang tuanya, mengapa akhir-akhir ini sering balik?. Mari kita renungkan betapa kecewanya orang tua yang mengetahui jika anaknya tidak mendapatkan pengetahuan dihari perkuliahan. Sedangkan setiap langkah dan perjuangan kita dalam kuliah ada tetesan keringat dan lantunan do'a mereka yang tiada hentinya. 

Sebagai mahasiswa yang membayar SPP dengan jerih payah orang tua, tentu saja saya tidak ingin uang yang saya bayarkan menjadi sia sia, untuk membayar seorang yang bernama dosen ini. Jangan sampai sebagai mahasiswa kita membayar SPP untuk membeli suatu kebodohan. Orang tua membayar dengan harapan anak yang dia sekolahkan menjadi seorang yang memiliki peluang untuk menjadi orang yang berhasil. Mereka melepas anaknya dengan harapan anaknya dididik dengan semestinya. Coba bayangkan bagaimana jika mereka tahu bahwa anaknya datang ke kampus hanya untuk ngopi dan tidak mendapatkan pengetahuan yang berarti! 

Sebagian dosen beranggapan bahwa mahasiswa akan senang apabila ada jam perkuliahan yang kosong. Ya anggapan ini tidak sepenuhnya salah, ada juga beberapa mahasiswa yang senang apabila ada oknum dosen yang tidak mengajar. Belum lagi jika dosen mengatasnamakan kurikulum merdeka sebagai alasan dia tidak mengajar. Dia mengatakan bahwa mahasiswa tak harus lagi dituntun, sudah saatnya mahasiswa harus merdeka, harus belajar sendiri dan tak lagi menuntut, karena Dosen hanya fasilitator. Demikianlah apabila merdeka belajar ditafsirkan oleh orang yang tidak paham, sehingga mengakibatkan dosen/guru melepas tanggungjawabnya dalam mengajar, disitulah pikiran mereka mulai remuk dan kurang ajar. 

Selain tidak masuk kelas banyak juga fenomena lain dan tingkah yang dilakukan dosen yang juga tak kalah meresahkan, seperti tidak menguasai mata kuliah, metode belajar yang kurang menarik dan seenaknya dalam memberikan nilai. Hal ini kami rasakan semester demi semester. Tentu saja tidak ada mahasiswa yang mau mendapatkan pelayanan seperti ini. Logikanya, siapa yang mau jauh jauh meninggalkan kampung halaman dan hidup ditempat baru demi untuk menempuh pendidikan, ternyata bukan pengetahuan yang ia dapatkan melainkan hanya sekedar keresahan. 

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Sebel banget emang sama dosen yang semena mena sama mahasiswanya. Apalagi kalau bimbingan tugas akhir, ya ampun, tolong bekerja sesuai tugasnya aja lah, jangan ngerjain mahsiswa dengan susah komunikasi.

    BalasHapus
  2. sering banget dapet dosen yang begini, biasanya kalo udah keseringan kita sampaikan sih saat ngisi survey pembelajaran. cmiiw

    BalasHapus
  3. Keknya sudah jadi rahasia umum ya? Yah, gatau lagi gimana kedepannya tapi semoga mereka lekas sadar dan berbenah diri bukannya makin tua tapi makin ngeselin wkw

    BalasHapus