Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Kalau tak mau jadi guru, lalu mau kerja apa?



Sejak SMP aku selalu berpikir bahwa nantinya aku akan masuk SMK (sekolah menengah kejuruan), ini ku lakukan demi mengasah potensi yang ada dalam diriku. Bapak mengatakan kepadaku bahwa aku harus pandai dalam bidang otomotif, masuk jurusan itu dan akan diberikan modal olehnya untuk membuka bengkel setelah lulus Sekolah.

Namun takdir berkata lain, aku justru masuk ke jurusan multimedia, jurusan yang justru bertolak belakang dengan apa yang diangan oleh bapak. Namun, meskipun demikian bapak selalu mensuport apa yang menjadi tujuanku. Hingga pada akhirnya aku masuk ke salah satu perguruan tinggi swasta di pulau kalimantan. Awalnya tak ada pikiran untuk melanjutkan sekolah, namun entah apa yang terjadi pada saat itu, seolah Tuhan telah menggiringku untuk melanjutkan sekolah. Aku di gadang-gadang menjadi cucu pertama yang akan menjadi sarjana dari 11 cucu nenekku.

Sudahlah, itu hanya pengantar yang ingin aku ceritakan. Jurusan IT selalu menjadi jurusan yang ku dambakan pada saat itu. Namun nahas, aku salah jurusan. Alih-alih menjadi programer ataupun ahli TI, aku justru hanya akan lulus dengan gelar S.Pd yakni sebagai guru TI.

Tak ada yang salah bukan dengan guru? Benar memang tidak ada yang salah.

Jika profesi itu tidak salah lantas mengapa kesejahteraan guru masih dibawah angka 50% ? tidak percaya? Mari kita pahami lebih dalam.

Situs resmi kemendikbud menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan guru dengan kategori guru yang tidak sejahtera 4%, kurang sejahtera 48%, sejahtera 40% dan sangat sejahtera 8%.

Diantara guru-guru yang memiliki nilai persentase sejahtera adalah mereka yang memiliki jabatan atau bekerja lebih lama.

Selain itu dilema yang dirasakan oleh para guru pada umumnya yakni harus mengikuti PPG (pelatihan profesi guru) yang bertujuan untuk mendaftarkan diri mereka sebagai pegawai negeri sipil. Para guru berbondong-bondong memperebutkan status ini, mereka bekerja keras hanya untuk mengabdi ke negara dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pernahkah kita berpikir? Mereka yang selalu mengabdi untuk negeri, mereka menjadi tempat bergantung layak atau tidaknya suatu generasi apakah cukup hanya di berikan upah senilai 1-2 juta rupiah? Tentu tidak, itu bahkan tidak cukup untuk hidup istri dan anaknya.

Mungkin tulisan ini akan kubuka kembali di 5 tahun kedepan. Aku sadar idealisme dalam diri ini masih enggan untuk melangkah terjun ke dunia tenaga pendidik, tapi akankah idealisme ini masih akan tetap terjaga sampai pada saatnya aku mengais-ngais lowongan pekerjaan kelak?

Tidak mudah menjadi seorang guru, guru itu sabar mengasuh, mengasih dan mengasah para anak didiknya dari yang semula tidak tahu menjadi tahu.

Sebagian besar manusia telah dibolak-balikkan hatinya oleh Tuhan, guru adalah profesi yang sangat mulia maka dari itu pelayanan serta fasilitas untuk merekapun harus di muliakan pula. Jika kelak aku menjadi seorang guru, maka akan ku baca kembali tulisan berserakan ini, akan ku katakan pada dunia bahwa guru adalah profesi yang paling berjasa. Masa depan tiada yang tahu, masa depan adalah sebuah perang, maka dari itu mari asah senjata kita mulai dari sekarang untuk mempersiapkan peperangan itu.

Posting Komentar

0 Komentar