RIWALOKA - "Sekarang silahkan diputuskan, apakah anak keturunan anda akan anda
berikan akses pendidikan? Jika iya, itu harus dimulai dari anda,
sekolah, hidup layak kemudian sukses. Tanamkan prinsip itu kepada anak
kalian"
Orang miskin akan tetap bodoh, dan orang bodoh akan tetap miskin.
Itulah kalimat yang bisa menggambarkan lingkaran setan para penduduk negeri. Betapa tidak, orang-orang miskin tidak akan mampu Menyekolahkan anak-anaknya, dan kebodohan akan merambah dalam tubuh mereka, dan kebodohan adalah suatu hal yang paling lekat hubungannya dengan kemiskinan, nasib si miskin akan selalu berkawan dengan penderitaan.
Entah terpikir atau tidak, kita seolah didesain sedemikian rupa, bahkan seorang bergelar sarjana pun bisa saja terjerumus ke lembah kemiskinan.
Dahlan iskan pernah mengatakan pada bukunya yang berjudul "Ganti Hati" Pada halaman 74-75 "Kenapa ada virus hepatitis B di liver saya? Karena liver saya tidak kebal ketika virus pertama kalinya datang dan masuk dalam liver saya.”
Kena apa badan saya tidak kebal? Karena badan saya tidak pernah menjalani vaksinasi hati hepatitis B saat saya masih bayi/kecil. Kenapa waktu itu tidak menjalani vaksinasi? Karena tidak tahu. Kenapa tidak tahu? Karena tidak berpendidikan. Kenapa tidak berpendidikan? Karena miskin..!!!
Testimoni nyata dari seorang narator media yang sudah tersohor namanya.
Lantas apakah kemiskinan berkaitan erat dengan pendidikan?
Kita coba berkaca dari keraton yogyakarta yang kala itu dipimipin oleh Sultan Hamengkubuwana IX yang telah mengenyam pendidikan di Universitas Leiden belanda, sultan yang cerdas dengan visi misi kemajuannya, hingga mampu mendirikan Universitas Negeri pertama di negeri kita tercinta yakni Universitas Gadjah Mada. Selain itu sebagian besar tanah keraton telah dihibahkan untuk pendidikan, itulah mengapa Ngayogyakarta seringkali disebut dengan kota pendidikan.
Apakah pendidikan ada kaitan erat dengan kemiskinan?
Tidak ada yang menjamin bahwa engkau akan sukses dengan berpendidikan, tidak ada yang menjamin!
Dari sekian persen penduduk Indonesia yang berpendidikan, berapa persen dari mereka yang sukses? Pun demikian dengan mereka yang tak berpendidikan, berapa persen diantara mereka yang mampu sukses seperti steve Jobs?
Ini artinya pendidikan sekalipun tidak akan menjamin kesuksesan hadir kepadamu, tapi setidaknya dengan pendidikan kita mampu untuk memposisikan diri menggapai kehidupan yang lebih layak, bukan untuk sukses tapi untuk hidup yang lebih layak.
Sekarang silahkan diputuskan, apakah anak keturunan anda akan anda berikan akses pendidikan? Jika iya, itu harus dimulai dari anda, sekolah, hidup layak kemudian sukses. Tanamkan prinsip itu kepada anak kalian.
Apakah benar orang miskin akan di desain untuk tetap bodoh? Juga sebaliknya orang bodoh apakah akan tetap miskin? Mari kita renungkan.
Salam akademis
3 Komentar
pendidikan emang salah satu faktor dalam mengatasi kemiskinan, sebagai contoh kita tengok aja bagaimana kualitas pendidikan di negara maju.
BalasHapusKalau narasi orang miskin didesain untuk tetap bodoh, kelihatannya secara nggak langsung, iya. Contohnya, pelajaran,metode belajar, dan value sekolah mahal atau sekolah tenpat anak orang kaya sekolah, pasti berneda dengan sekolah di man orang miskin mengenyam pendidikan. Bisa kok orang miskin bangkit dari kemiskinannya. Pendidikan salah satu jalannya. Tapi, kebanyakan jalannya terjal, karena lingkungan tidak mendukung. Entah karena semangatnya dipatahkan, atau ya kendala biaya sehibgga harus menjalani peram sebagai pelajar dan pekerja sekaligus
BalasHapusDuhhh maaf banyak typo, soalnya hp rada hank. Ga kelihatan apa yang ditulis
Hapus