URGENSI MEMBACA BAGI PENULIS



 

Anda bisa membaca? Anda suka membaca? Anda mau membaca?

Hampir semua orang mendapatkan pembelajaran untuk bisa terlatih dalam membaca, namun faktanya tidak semua orang mau membaca apalagi sampai menyukai dan jatuh cinta dengan aktivitas ini. Sebagaimana kita tahu tingkat literasi negara kita hingga tahun 2023 menduduki tingkat ke 11 dari bawah, dari sebanyak 81 negara yang terdata. Meskipun angka ini lebih tinggi 5 tingkat dibandingkan tahun 2018 yang lalu, tapi ini masih cukup untuk menjadi bukti bahwa negara kita masih krisis akan literasi.

Ingatkah pada saat Nabi SAW. Pertama kali mendapatkan wahyu di Gua Hira?

Kala itu tahun ke tiga bulan ramadan, Malaikat Jibril mendatangi Nabi SAW. Yang kemudian diturunkanlah Wahyu kepada Muhammad. Apa yang perintah Jibril pertama kali kepada Muhammad? Kala itu Jibril berkata ‘Bacalah dengan Nama Tuhanmu’. Bacalah!

Perintah pertama yang diucapkan oleh Malaikat Jibril yakni Bacalah. Nabi diperintahkan untuk membaca, meskipun Nabi telah berkata bahwa ia tak dapat membacanya. Jibril memeluknya beberapa kali dan memerintahkan Nabi untuk membaca. Itulah awal mula turunnya Al Qur’an dari surah Al 'Alaq ayat 1-5.

Namun siapa sangka ternyata peristiwa ini sebenarnya mampu memberikan banyak sekali filosofi. Seorang penggiat filsafat yang cukup tersohor namanya yakni Fahrudin Faiz pernah berpendapat bahwa ketika Jibril memerintahkan Muhammad untuk membaca, sebetulnya tidak hanya membaca ayat saja, melainkan membaca realitas dunia, membaca bagaimana kondisi dunia saat ini sehingga ia diutus untuk menjadi seorang Nabi.

Itu adalah motivasi singkat mengapa kita harus membaca. Lantas, sebagai seorang penulis apakah kita wajib membaca?

Sekarang tanyakanlah pada diri kalian masing-masing para penulis hebat sebelum saya menyampaikan pendapat saya. Sebagai penulis penting atau tidak untuk membaca terlebih dahulu?

Sebelum kita menulis, tentu ada aktivitas yang disebut dengan riset. Ketika saya melakukan riset, itu biasanya memiliki persentase 70% membaca, 20% mendengar dan 10% menyaksikan, ini bisa berubah dan fleksibel tergantung bagaimana anda. Namun yang perlu kita garis bawahi, dalam riset wajib untuk membaca meskipun hanya beberapa persen saja. Apa yang akan anda tulis jika anda tidak pernah membaca?

Saya juga membenarkan apa yang dikatakan oleh Fahrudin Faiz, tidak cukup hanya dengan membaca kalimat saja, maka bacalah realita kehidupanmu. Salah satu buku yang berjudul Generasi menulis yang di tulis oleh Ahmad Rifa’i Rif’an telah memberikan pembelajaran kepada saya bagaimana langkah yang perlu diambil sebelum mulai menulis. Ada 3 poin yang harus diperhatikan dan 3 poin ini tak terlepas dari peran membaca, baik membaca kalimat maupun membaca realita dalam kehidupan. Kita bisa belajar dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Jadikan setiap tempat (alam) sebagai madrasah (sekolah), jadikan setiap manusia sebagai Ustadz/ustadzah (Guru) dan jadikan perjalanan hidup sebagai (Dirosah) pengalaman. Maka anda sudah siap untuk menjadi seorang penulis hebat.

Posting Komentar

0 Komentar

Comments