Dalam tulisan ini saya ingin mengajak para pembaca untuk menyelami pikiran, baca dan imajinasikanlah dengan
imajinasi kalian. Tak perlu terlalu ngoyo, bawa bersantai sembari menikmati
kopi kemudian benamkan pikiran anda pada tulisan saya.
Kita mulai ya,
Bayangkan jika anda adalah seorang mahasiswa yang tengah
merantau ke tengah kota dan jauh dari keluarga, hanya ada anda dan semangat
yang anda bawa. Jika sudah maka pilihlah anda mau menjadi mahasiswa yang
seperti apa, kuliah pulang- kuliah pulang (kupu-kupu) atau kuliah rapat –
kuliah rapat (kura-kura) ? sudah ditentukan? Jika sudah mari kita lanjutkan.
Setelah anda menentukan pilihan
anda, sekarang cobalah untuk membayangkan jika pada saat menjadi mahasiswa anda
diterpa masalah-masalah yang tidak bisa anda selesaikan sendiri. Anda membutuhkan
tempat untuk sekedar mengutarakan isi hati bukan untuk di hakimi. Uang bulanan
yang telah habis, putus cinta, tugas-tugas yang menumpuk, teman yang tiba-tiba
menjadi lawan, atau bahkan mendapatkan nilai yang tidak memuaskan. Coba renungkan
terlebih dahulu. Tak perlu bingung, anda bisa menambahkan masalah-masalah lain
yang kiranya relevan dengan diri anda sebagai mahasiswa di imajinasi anda. Sudah?
Jika sudah, kini yang perlu anda
pikirkan adalah kemana anda akan pulang? Kemana anda akan mengadu? Bukankah kita
tak mungkin pulang ke tempat keluarga yang tengah jauh dari anda?
Cukup sampai disini silahkan anda
pikirkan sembari saya akan menuangkan uneg-uneg saya sebagai seorang mahasiswa.
Dalam dunia mahasiswa ada 2
istilah yang paling terkenal yakni kupu-kupu dan kura-kura, dua-duanya bagus
menurut perspektifnya masing-masing. Jika dihadapkan dengan kasus diatas
seperti yang sudah anda pikirkan, maka kita akan dihadapkan pada 2 sudut
pandang yang berbeda. Mahasiswa yang berperan sebagai kupu-kupu ia akan
menemukan keluarga mereka diluar kegiatan perkuliahan. Misal dalam circle
pertemanan atau pasangan. Hanya saja sudut pandang saya mengenai ini sedikit
lebih condong ke mahasiswa kura-kura yang menyibukkan diri di dunia perkuliahan.
Sebagaimana yang kita tahu dalam
dunia perkuliahan ada yang dinamakan organisasi, yang mana inilah wadah
berkembang mereka dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia yang lebih
nyata.
Tak hanya wadah pengembangan potensi
diri, ternyata sejauh ini organisasi telah menjadi keluarga dalam perantauan. Segala
masalah ditumpahkan didalamnya, meskipun terkadang masalah itu datang dari
organisasi itu sendiri. Meskipun tidak semua mahasiswa merasakan demikian, tapi
bisa dipastikan semua yang all-in mengabdi untuk organisasi demi untuk terwujudnya
pengembangan diri pasti merasakan hal yang demikian.
Bukan saya mempermainkan anda dengan
analogi konyol yang saya tuliskan diatas, saya hanya ingin mengajak anda para pembaca
untuk berimajinasi, mari sama-sama menjadi mahasiswa meskipun hanya 5 menit.
4 Komentar
Jadi ingat adik saya yang sedang kuliah di rantau. Dia juga aktif berorganisasi. Tahun ini dia terpilih menjadi ketua BPM jurusannya. Mungkin itu juga caranya untuk mendapatkan banyak saudara baru.
BalasHapussyukur kak, semoga menjadi jalan suksesnya
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSetuju. Aku dulu pun kategori mahasiswa kura-kura. Kos-kosa itu bener-bener cuma buat tempat numpang (numpang tidur, mandi, dan nyimpen barang-barang). Pulang larut, bahkan kadang nginep di kos temen atau rumah temen yang satu organisasi. Karena selain menemukan kenyamanan di organisasi, di sana juga ada potensi buat nambah cuan, lewat lomba-lomba dan peluang ngajar ekskul siswa
BalasHapus