Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Menyikapi Perbedaan Islam Nusantara



RIWALOKA- "Meskipun pada dasarnya dua Ormas ini adalah sama sama membawa kebaikan namun tak sedikit masyarakat yang mengalami perselisihan satu sama lain. Perselisihan tersebut sumbernya sama yakni perbedaan"

Apakah anda termasuk orang-orang yang peduli akan perbedaan? Atau justru anda adalah
orang yang paling menentang adanya perbedaan?

Indonesia seringkali disebut-sebut sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia. Ini nyata, dikarenakan data menyebutkan bahwa kurang lebih 86,7% penduduk Indonesia adalah muslim.

Islam yang mula-mula masuk ke Indonesia dengan perantara para wali dan ulama kini sudah luas menyebar ke seluruh sudut di kepulauan Indonesia. Sebelum datang para wali, Indonesia atau yang pada saat itu dikenal dengan istilah Nusantara, sebagian besar masyarakatnya menganut kepercayaan nenek moyang, juga agama Hindu dan Budha, atau yang sering kita kenal dengan Animisme dan Dinamisme. Maka dari itu datanglah para wali Allah yang diutus untuk menyebarkan islam.

Kerasnya masyarakat jawa pada saat itu menjadi salah satu hambatan para wali dalam menyebarkan islam sehingga hadirlah pemikiran kanjeng Sunan Kalijaga untuk menyebarkan Islam dengan Media Kebudayaan.

Seperti yang kita tahu, Islam di Nusantara berkembang dengan cukup baik setelah masa wali songo, tak sedikit kerajaan-kerajaan yang memiliki corak islam, tak sedikit pula organisasi masyarakat islam yang berdiri di Negara kita tercinta ini, sebagai contoh dua organisasi masyarakat terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

Meskipun pada dasarnya dua Ormas ini adalah sama sama membawa kebaikan namun tak sedikit masyarakat yang mengalami perselisihan satu sama lain. Perselisihan tersebut sumbernya sama yakni perbedaan, inilah yang saya kira menjadi PR besar untuk seluruh umat islam.

Mari sedikit kita bahas bagaimana latar belakang dua Ormas tersebut.

Nahdlatul ulama merupakan ormas yang lahir di Surabaya pada 31 Januari 1926 yang dibawa oleh salah satu pedagang sekaligus ulama yakni mbah Hasyim Asyar’i. Mbah hasyim mendirikan NU dengan latar belakang menjadi pembela islam tradisionalis. NU beranggapan bahwa Islam di era modern kurang memperhatikan kebudayaan seperti yang telah diajarkan oleh para wali yang menyebarkan islam dengan budaya sehingga sangat mudah diterima oleh Masyarakat. Hal ini justru bertolak belakang dengan Muhammadiyah yang didirikan oleh Mbah Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1912. Muhammadiyah berdiri dengan dasar meluruskan Islam dari praktik-praktik ibadah tradisionalis dan menyebarkan islam yang modernis. Muhammadiyah beranggapan bahwa Islam saat itu jauh dari ajaran Rasulullah, banyak diantara masyarakat yang masih melakukan praktik TBC (Tahayul, Bid’ah dan Curafat), inilah yang menjadikan dasar Muhammadiyah dalam membentuk masyarakat islam yang sebenar-benarnya.

Bisa kia simpulkan bahwa NU berdiri di Jawa bagian utara, yang mana pada saat itu kondisi masyarakatnya sebagian besar merupakan masyarakat yang modern dan mulai mengikuti perkembangan zaman. NU memiliki tugas untuk membawa tradisionalisme yang dimiliki oleh nusantara dengan membawanya berdakwah bersama Islam. Sedangkan Muhammadiyah lahir di Jawa bagian selatan yang pada saat itu kondisi masyarakatnya masih banyak menganut ajaran islam tradisional, sebagian masyarakatnya masih menganut ajaran-ajaran kejawen dan klenik. Disitulah tugas Muhammadiyah menyebarkan agama islam dengan peran Modernisasi yang saat ini sering kita sebut dengan Tajdid (pembaharuan).

NU dan Muhammadiyah berdiri dengan kondisi masyarakat yang berbeda, dengan latar belakang yang berbeda, dengan cita-cita yang beragam, namun apakah itu semua bisa menjadi sumber perpecahan?

Tentu tidak, meskipun latar belakang dua ormas tersebut berbeda namun tujuan mereka sama yakni menyembah Allah Azzawajalla. Dengan cara yang mereka lakukan dengan berbagai sumber (hadis) yang kuat dan dikuatkan. Pada dasarnya perbedaan Ormas Islam yang ada di Indonesia tidaklah menjadi suatu permasalahan justru seharusnya ini menjadi hal yang harus selalu diperhatikan, mengingat perbedaan inilah yang menjadikan spesial, dua ormas yang ada harus menjadi aspek yang saling melengkapi dalam segala hal, sehingga akan terjadi masyarakat Islam yang solid dan harmonis.

Islam adalah agama yang sempurna dan menyatukan, maka jangan terpecah belah hanya karena adanya perbedaan cara pandang. Lahirnya Islam menjadi rahmatan lil ‘alamin, yakni rahmat untuk seluruh alam, hal ini seharusnya bisa menjadi cerminan kita sebagai umat beragama bahwa islam hadir untuk menjadi rahmat, menjadi tempat berteduh umat bukan sebagai perantara terjadinya perpecahan dan kezaliman. Naudzubillah

Posting Komentar

0 Komentar