RIWALOKA - "Kini kita tahu pentingnya menuntut ilmu. Lantas apa yang perlu kita lakukan dalam menuntut ilmu? Apakah sekedar hadir bersekolah atau mengikuti perkuliahan? Sekedar menyimak materi yang disampaikan oleh guru? Atau ditambah dengan mencatat materi yang diberikan oleh guru?"
setelah selesai memahami bagian pertama kini kita akan memasuki pembahasan di bagian kedua, sudah siap?
Tentu saja banyak sekali hal yang perlu kita perhatikan dalam menuntu ilmu, tidak hanya hadir secara fisik dalam sekolah maupun majelis ilmu yang lain. Salah satu hal yang sangat perlu diperhatikan dalam menuntut ilmu adalah adab dalam menuntut ilmu.
Banyak sekali orang-orang yang menuntut ilmu pada zaman ini dengan sungguh-sungguh. Namun mereka tidak sampai kepada ilmu, tidak menerima manfaat dari ilmu tersebut, dan tidak mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. Hal itu dikarenakan banyaknya orang yang melalaikan tahapan dan syarat-syarat dalam menuntut ilmu. Oleh karena itu, penting bagi para penuntut ilmu memahami syarat-syarat menuntut ilmu, dan bagaimana pentingnya adab sebelum menuntut ilmu.
Salah satu adab dan syarat dalam menuntut ilmu adalah, takzim kepada ilmu itu sendiri. Takzim merupakan sikap sopan dan menghormati, maka takzim kepada ilmu adalah sopan kepada ilmu yang kita pelajari. Lantas Bagaimana caranya? Bisa dimulai dengan menghormati dan memuliakan para guru/ulama. Salah satu sabda Rasulallah Saw yang diriwayatkan oleh Tabrani yang berbunyi
“belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu,serta berlaku baiklah terhadap orang-orang yang mengajarkanmu”.
Disini rasulallah menekankan kepada kita agar senantiasa menghormati para guru, supaya ilmu yang kita pelajari bisa mendapatkan keberkahan.
Semakin banyak ilmu yan dimiliki seseorang, maka sudah sepatutnya semakin terjaga orang tersebut dari hal-hal yang dapat membahayakan dirinya. Sebagai contoh seorang yang memiliki ilmu beladiri, maka orang tersebut akan bisa menjaga dirinya dari ancaman-ancaman orang-orang yang hendak berbuat jahat terhadapnya. Lain halnya dengan orang yang tidak memiliki ilmu bela diri, maka dia akan selalu dalam rasa ketakutan, atau bahkan mungkin dia akan terbunuh oleh orang-orang yang hendak berbuat jahat terhadapnya.
Itulah mengapa, ilmu yang kita miliki sejatinya akan menjaga kita. Menjaga ilmu lebih baik dibandingkan menjaga harta, mengapa? Jika kita mampu menjaga dan menguasai ilmu yang kita miliki, maka sudah dipastikan ilmu itu akan menjaga kita. Lain halnya jika memiliki harta, kita hanya akan direpotkan dalam menjaganya. Sedangkan jika kita semakin banyak memiliki harta maka akan semakin sibuk pula kita menjaga harta tersebut. karena harus selalu waspada dan siaga dalam menjaganya dari incaran orang-orang yang ingin merampas harta kita. Mulai dari pencuri yang selalu menanti kelengahan kita, dan perampok yang bisa datang sewakatu-waktu dan tak segan-segan melukai kita hanya untuk mendapatkan harta kita. Singkatnya, semakin banyak harta yang kita miliki, bukannya semakin tenang, justru sebaliknya, kita akan semakin cemas karena takut kehilangan harta yang kita miliki.
Ilmu layaknya seorang bodyguard bagi kita, ketika kita hendak makan, minum, berteman dan melakukan aktivitas apapun maka bisa dikatakan ilmu menjadi pengawas yang selalu mengawasi kita, dan setiap saat ada untuk melindungi kita. Seorang penuntut ilmu apabila semakin bertambah ilmunya maka akan semakin bertambah pula wawasannya tentang keutamaan dan kedudukan ilmu. Semakin berilmu seseorang maka akan meningkat pula sikap tawadhu’ yang tertanam dalam dirinya, karena orang berilmu itu bagaikan padi yang mana semakin berisi maka ia akan semakin merunduk. Semakin orang itu berilmu maka sudah sepatutnya orang itu rendah hati dan meningkat ketawadhu’annya, Maka dari itu, orang yang berilmu tidak layak sombong dan angkuh karena ilmunya. begitupula sebaliknya orang yang tidak berilmu terkesan akan banyak bersuara, bak kata pepatah tong kosong nyaring bunyinya, ia hanya bisa ngomong tanpa ada isi dan bukti dalam tindakan nyata.
Banyak sekali ajaran-ajaran nabi yang menekankan pada ilmu, bahkan dikatakan bahwa tidurnya orang berilmu lebih baik daripada ibadahnya orang bodoh. Jika kita logika-kan secara normal, orang berilmu ketika tidur maka dia akan Berniat dengan sebenar-benarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya guna bisa beribadah dan melakukan aktivitas yang bermanfaat, menjadikan tubuh agar tetap sehat sehingga bisa mempergunakan ilmunya untuk kepentingan masyarakat. Sedangkan ibadahnya orang bodoh terkesan hanya ibadah yang kosong dan sebatas menggugurkan kewajiban, karena tidak berdasarkan dengan ilmu. Bukan menyalahkan orang yang belajar untuk taat, namun faktanya banyak orang yang melaksanakan ibadah namun tidak didasari ilmu sehingga tidak sedikit dari mereka yang tidak mengerti apa dan untuk apa mereka beribadah. Sebagai contoh, orang yang mengeluarkan zakat apabila tidak memahami rukun zakat dan untuk siapa dia berzakat maka akan sia-sia.
Orang-orang berilmu akan memiliki kedudukan tertinggi disisi Allah Swt. Beriringan dengan para nabi. Betapa luhurnya kedudukan orang-orang berilmu. Tak heran jika sahabat-sahabat nabi dan pendahulu kita beserta para ulama menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melestarikan ilmu, khususnya ilmu syari’at islam. Bahkan tidak sedikit pula yang rela untuk tidak berkeluarga demi mengabdikan seluruh waktu yang mereka miliki untuk ilmu. Diantaranya, Ibnu Taimiyah dan Ibnu jarir at-thobari yang merupakan seorang mufasir ( ahli tafsir ) dan sebagainya. Mereka mengabdikan dan mendedikasikan kehidupan mereka hanya untuk ilmu semata, sehingga sejarah mencatatkan sebagai orang-orang alim yang mempengaruhi dunia islam.
Perlu diketahui bahwa nabi mewariskan sesuatu kepada umatnya. Apakah itu? Nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, melainkan mewariskan ilmu, siapa diantara kita yang mampu mempelajari banyak ilmu maka sudah bisa dipastikan mereka itulah orang-orang yang mengambil bagian yang banyak. begitulah warisan para nabi, warisan yang mereka berikan bukanlah harta dunia yang seringkali diperebutkan banyak orang, melainkan sebuah ilmu, kunci daripada permasalahan baik itu dunia maupun akhirat. Ilmu yang diturunkan oleh Allah kepada nabi merupakan suatu petunjuk bagi kita, yang mana terkandung pujian, sanjungan juga perlindungan bagi pemiliknya.
Momen ini diabadikan dalam sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ath-Thabraani dalam al-ausath dengan sanad hasan dari abu Hurairah. Suatu ketika abu Hurairah berjalan melintasi pasar disekeliling kota Madinah. Lalu abu Hurairah berhenti disana, kemudian berkata
“wahai orang-orang yang ada dipasar, alangkah ruginya kalian”.
Orang-orang pasar kaget, kerugian apa yang dimaksud oleh abu Hurairah. Mereka bertanya kepada abu Hurairah
“ada apa wahai abu Hurairah?”
abu Hurairah menjawab
“disana (menunjuk kearah masjid) ada warisan dari rasulullah SAW, sedang dibagikan, mengapa kalian masih disini? Kenapa kalian tidak pergi kesana untuk mengambil bagian kalian?”
mendengar hal itu para pedagang dan pengunjung pasar bergegas lari meninggalkan pasar dan menuju masjid guna menemui rasulullah, Namun abu Hurairah masih tetap menunggu di pasar hingga orang-orang kembali.
Setelah orang-orang kembali ke pasar, abu Hurairah kembali bertanya kepada mereka
“mengapa kalian kembali?”
mereka menjawab dengan nada sedikit marah
“wahai abu Hurairah! Sungguh kami telah pergi ke masjid dan tidak melihat apapun dibagikan disana!”
abu Hurairah kembali bertanya
“bukankah kalian melihat ada orang disana?”
mereka menjawab
“tentu saja, kami melihat ada sekelompok orang yang sedang sholat, sekelompok orang yang sedang membaca Al Qur’an dan sekelompok orang lainnya sedang menyebutkan perkara halal dan haram!”
maka abu Hurairah berkata kepada mereka
“sesungguhnya ituah warisan yang diberikan oleh nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam”.
Inilah yang dimaksud oleh nabi Muhammad saw dengan warisan para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham akan tetapi sesungguhnya mereka mewariskan ilmu. Maka setiap kali seorang hamba mengambil bagian ilmu yang banyak maka dia telah mengambil bagian warisan kenabian dengan jumlah bagian yang banyak pula.
Dari kisah tersebut kita bisa Tarik kesimpulan bahwa, harta dan kedudukan tidak menjadi suatu hal yang mewah jika dibandingkan dengan ilmu. Bahkan rasulullah mewariskan ilmu kepada para sahabat untuk disampaikan kepada kita. Ini membuktikan bahwa derajat ilmu jauh lebih tinggi dibandingkan harta ataupun tahta.
Ilmu bagaikan belati, yang mana semakin diasah maka akan semakin tajam belati itu, semakin tajam pula pengetahuan yang kita miliki. Ilmu inilah yang akan membelah dan merobek-robek dunia dalam mencari kebenaran sebagaimana yang diajarkan oleh rasulullah Saw beserta para sahabat.
Dalam islam ditegaskan bahwa seorang muslim harus menuntut ilmu yang bermanfaat dan dilarang keras menuntut ilmu yang mana bahayanya lebih besar jika dibandingkan dengan manfaatnya. Nabi mengatakan bahwa “sebaik baiknya ilmu adalah ilmu yang bermanfaat”. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dipelajari dengan seksama, serta berusaha memahami kandungan maknanya.
Ilmu tersebut masuk dan menetap ke dalam relung hati, yang nantinya akan menimbulkan rasa tenang, takut, tunduk, dan mengakui kelemahan diri di hadapan Allah Ta’ala. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan tentang Allah, keridhaan dan kedekatan terhadapNya. Baik itu ilmu-ilmu umum maupun ilmu yang sifatnya syariah. Mengapa demikian, dikarenakan tujuan hidup manusia adalah mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha untuk mendapatkan ridhoNya.
0 Komentar