Canva.com |
Akhir-akhir ini ada pembahasan
menarik yang sedang viral hingga penjuru nusantara, masih hangat untuk sama-sama
dibahas, bak singkong goreng di pagi hari yang dihidangkan dengan segelas kopi.
Sungguh nikmat heheh.
Telah ramai diperbincangkan
masalah izin pengelolaan tambang yang diberikan kepada beberapa ormas
(organisasi kemasyarakatan), sebagaimana izin yang telah tertuang dalam
peraturan pemerintah (PP) Nomor n25 tahun 2024 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 96 tahun 2021 tentang pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan
mineral dan baru bara.
“penawaran wilayah izin usaha
pertambangan khusus (WIUPK) sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku dalam
jangka waktu 5 tahun sejak peraturan pemerintah ini berlaku”, tulis pasal 83A
ayat 6 beleid tersebut.
Terlalu asyik pembahasan ini
hingga kita lupa, siapa yang mendapatkan penawaran dan perizinan untuk mengelola
pertambangan ini?
Penawaran pengelolaan tambang ini
tidak diberikan ke semua ormas, melainkan hanya kepada 6 ormas saja, salah satunya
yakni ormas islam yang akan kita bahas dalam tulisan ini yakni Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah
.
Penawaran ini bersifat terbuka
langsung dari presiden Joko Widodo, keduanya menanggapi dengan respon yang
positif, hanya saja Muhammadiyah masih perlu mempertimbangkan banyak hal jika
akan menerima tawaran ini, perlu di godok matang-matang kata sekretaris umum
pimpinan pusat Muhammadiyah. Sedang Nahdlatul Ulama (NU) sudah sepakat menerima
tawaran ini, bahkan mereka sudah gerak cepat untuk mengurus perizinan.
Inilah yang menarik untuk saya angkat
sebagai tulisan, bagaimana peran ormas dalam berkontribusi pada negara,
demikian pula sebaliknya, bagaimana penguasa bersikap adil terhadap keputusan
dan kebijakan yang akan dibuat. Organisasi masyarakat adalah gerakan yang murni,
tidak untuk dipergunakan sebagai kendaraan dalam mencapai kepentingan
Tidak dalam ruang membandingkan
antara NU dan Muhammadiyah. Karena dalam wawasan kebangsaan keduanya adalah
sepasang sandal yang tidak elok untuk dilepas salah satunya.
Keduanya begitu indah, antara
lantunan yalal wathan dan sang surya meneguh-terangi bumi pancasila. Namun,
dewasa ini nampak benar penguasa memainkan instrumen agama, yang sudah-sudah
lewat, umat beragama sebagian masih marginal dan menggigit jarinya.
Ala kulli hal, jika nabi SAW
diciptakan dihari yang sama bersamaan dengan terciptanya pepohonan, maka
substansi dari perayaan Maulid nabi adalah untuk menjaga alam ini tetap
lestari. Alam sekitar anda terlalu indah untuk tidak di jelajah-pahami, bukan
untuk dikuasai lalu dibagi-bagi.
4 Komentar
Menarik sih bicarain topik ini. Ada rekomendasi podcast nggak kak yang bahas isu hangat ini?
BalasHapussejauh ini belum ada kak, biasanya yang paling gercep untuk buat podcast yaa mas pandji hehehhe
HapusPengen husnudzon, tapi topik ini selalu menggodaku buat suudzon 😩
BalasHapusAstagfirullah...
Cuma bisa berdoa, semoga yang menolak lebih banyak daripada yang menerima. Karena, bagaimanapun pengelolaan tambang bukan ranahnya ORMAS.
semoga yang terbaik buat indonesia ya kak
Hapus